"Berbahagilah orang yang mati di
dalam Tuhan" adalah khotbah Praeses HKBP Distrik X Medan Aceh, Pdt
Julasber G. Silaban, MTh yang terambil dari Wahyu 14 ayat 13, ketika
mengucapkan penghiburan dalam ibadah pemberangkatan Pdt Tunggul P.
Simorangkir, MLS dari HKBP Uskup Agung ke tempat peristirahatannya di
Taman Eden Tanjung Morawa, Selasa 18 Juni 2013. Menurut ukuran dunia,
kematian adalah sangat menakutkan, maka sering disebut mendapat
kemalangan. Karena jika seseorang sudah meninggal, maka berakhirlah
segala harapan. Dan dalam pertarungan di dunia, jika seseorang itu sudah
meninggal maka jadilah pemenang orang dapat membuat seseorang itu mati.
Seperti
berita kematian Yesus di kayu salib, penguasa dunia ini sudah
menganggap ia berhasil dan menjadi pemenang, tetapi setelah kebangkitan
Yesus, dunia geger bahwa sungguh nyata bahwa akhir dari
segala-galanyanya bukanlah kematian dan bukan di tangan sang penguasa
dunia ini, yang menentukan adalah Allah.
Demikian
halnya kematian orang percaya tidaklah berakhir di dalam liang kubur,
karena masih ada kebangkitan dan kehidupan yang kekal. Jadi kematian
itu harus dipahami sebagai sesuatu yang baik dari ukuran iman, dan harus
dijalani sebagai konsekwensi tabiat manusia berdosa, dan merupakan
pintu gerbang menuju kehidupan yang kekal yang sudah disediakan Tuhan
Yesus Kristus.
Kebahagiaan
orang mati di dalam Tuhan disebutkan "supaya mereka berhenti dari jerih
lelah" dan "segala yang diperbuat semasa hidupnya akan diperhitungkan
Allah" dan dapat juga disebutkan "akan bersama-sama dengan Kristus"( Pil
1:23) dan karena namanya telah tertulis di dalam sorga (Luk 10:20).
Pdt Simorangkir meninggal di usia 78, 6 tahun. Semasa hidupnya pendeta ini sungguh dekat
dengan
sesamanya pendeta yang senior maupun yang junior dan sangat akrab
dengan seluruh keluarga. Kiranya Tuhan Yesus yang menghibur dan
menguatkan Nyonya Pdt Simorangkir br Hutagalung dan seluruh keluarga
yang ditinggalkan.