Sekjen HKBP Pdt Mori Sihombing, MTh beserta Ibu berfose bersama Praeses lama Pdt SMP Marpaung dan ibu dan Praeses baru Pdt Julasber G. Silaban, MTh dan Ibu serta Kabid Diakoni Pdt Parsaoran Sinambela dan Ibu, seusai acara temu pisah Praeses HKBP Distrik X Medan Aceh |
1. Pdt Martin
Manullang, STh (Pardamean)
2. Pdt Tungkol
Tampubolon,STh (Tegal Rejo)
3. Pdt GoklasPanggabean,STh
(Patumbak)
4. Pdt Soni L. Sinaga,
STh (Helvetia Sada
5. Pdt Sabar M.
Manurung (Tanj Sari)
6 Pdt TumpalTambunan,
STh(Sukadono)
7. St Dinar Napitupulu
(Sudirman)
8. St Ir Jonner.
Simanjuntak (Menteng)
9. St R.W. Sirait, SE,
SH, MH (Sei Putih)
10. Drs Godfried Lubis
(Teladan)
11. St Drs Jonter
Situmorang(Med Helvetia)
12. St Drs Marlon
Ritonga (Serdang)
Dalam Khotbah yang
diambil dari Markus 12 : 28 - 34, Sekjen
HKBP menekan-kan bahwa para pelayan yang dilantik harus bertangan dingin dan
hati yang lembut.
Kemudian Praeses Pdt
Julasber Silaban dalam kata pendahuluan menyebutkan bahwa jabatan Praeses
bukanlah jabatan yang disejajarkan dengan jabatan sekuler (duniawi) tetapi sebagai gembala
(parmahan) dan pelayan yang harus selalu meneladani Kristus. Kemudian
memaparkan bahwa HKBP telah memiliki program yg dituangkan dalam RENSTRA
(Rencana strategis) dan RIP (Rencana Induk Pelayanan), berdasarkan keputusan
Sinode Agung HKBP, kemudian menambahkan
3 Pilar yaitu Pembaharuan, Perdamaian dan Pemberdayaan. Dengan prinsip dasar
bahwa Gereja harus terus mengalami pembaharuan yang tentunya dimulai dari hati
setiap orang.
Perdamaian yang
dimaksudkan, gereja tidak boleh terjebak dan larut dalam konflik internal,
karena akan memandulkan fungsi gereja dan menuai kerugian besar, segala
pertikaian, blok-blok-an harus diakhiri, karena kita sudah dipersatukan dalam
Tubuh Kristus. Pemberdayaan: memberdayakan segala potensi yang dimilik oleh gereja
itu sendiri sebagai kekayaan untuk terus mengalami kemajuan dan pertumbuhan.
Praeses Silaban menambahkan bahwa
berdasarkan pengamatannya yang selama ini sebagai Kepala Bidang Diakonia,
gereja sering terjebak dalam pertikaian internal bukan karena ajaran gereja
(dogma) tetapi karena kepentingan dan uang. Maka gereja harus terus
melaksanakan Pembinaan (PWG) dan menerapkan budaya transparansi keuangan yang di dalamnya accauntabilitas,
pengawas-an dan pelaporan. Karena semua kita pada akhirnya harus memberi
pertanggungjawaban kepada pemilik Gereja yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar